Sabtu, 22 Maret 2014

(NASKAH DRAMA) PERISTIWA RENGASDENGKLOK


PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Pada 15 Agustus 1945, di Laboratorium Bakteriologi (Jakarta Pusat) diadakan pertemuan beberapa pemuda dan mahasiswa. Pemimpin pertemuan tersebut adalah Sukarni dan Chaerul Shaleh.

ADEGAN 1

Sukarni               : “Apakah kalian sudah mendengar berita terbarunya?”
Para pemuda       : “Belum. Memangnya apa itu, Bung?”
Sukarni               : “Barusan, Saya dan Sutan Syahrir mendengar berita dari radio
  BBC London di Bandung yang menginformasikan Jepang   
  menyerah kepada Sekutu.”
Chairul Shaleh    : “Berarti, keadaan kita semua sedang penuh kekuatan.”
Sukarni               : “Benar. Demikian, Saya mengumpulkan kalian semua disini untuk
  membahas keadaan kali ini. Kita memanfaatkan keadaan ini,
  untuk segera menyusun kemerdekaan.”
Darwis                 : “Maka dari itu, mari kita sepakat untuk menolak segala bentuk
‘hadiah’ kemerdekaan dari Jepang karena kita akan menyusun    
 kemerdekaan sendiri.”
Wikana               : “Bung Darwis benar, Kemerdakaan itu adalah hak dan persoalan
   rakyat yang harus segera diproklamasikan. Mari kita semua
   meminta kepada Ir. Soekarno dan Bung Hatta untuk
   memutuskan segala hubungan dengan Jepang.”
Sutan Syahrir       : “Baiklah,  Jika kalian semua setuju, bagaimana jika saudara
                                Wikana dan Darwis menemui kedua tokoh
   tersebut untuk membicarakan lebih lanjut dan menyampaikan
   keputusan kita semua. Bagaimana kalau rapat siang ini, kita tutup
   sampai disini saja. Kalian semua, bisa pulang ke kediaman masing-
   masing dan menunggu Soekarno dan Bung Hatta angkat suara.”
Wikana               : “Baiklah kalau begitu, Bung. Sampai jumpa besok pagi.
                               Kami pergi dulu. Terimakasih atas informasinya.”
                               (menjabat tangan Sukarni dan Chairul Shaleh)
Para Pemuda      : (Berjabat tangan satu-satu dengan Sukarni dan Chairul
                                Shaleh)
Wikana               : “Assalamu’alaikum”
Sukarni                : “Wa’alaikumsalam”


ADEGAN 2:

Wikana dan Darwis tiba di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Jakarta, sekitar pukul 21.00. WIB. Keduanya menyampaikan hasil-hasil keputusan rapat. Pada pertemuan itu, datang beberapa tokoh nasionalis seperti Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, Samsi, Buntaran, Suidro dan Ahmad Subardjo.

Wikana               : “Assalamu’alaikum”
Ir. Soekarno        : “Wa’alaikumsalam. Ada apa gerangan saudara kemari?
                               Mari masuk.”
Wikana & Darwis: (duduk)
Darwis                 : “Begini, Bung. Tadi, Saudara Chairul Shaleh dan
  Sukarni mendengar berita Jepang menyerah kepada
  Sekutu di Radio BBC London di Bandung. Maka dari
  itu tadi siang kami dari golongan para pemuda
  berkumpul mengedakan rapat dan hasilnya adalah, 
  semua pemuda setuju agar Bung Soekarno dan Bung
  Hatta segera menyusun kemerdekaan Indonesia.”
Moh. Hatta          : “Apa yang dikatakan oleh Saudara Darwis benar.
   Namun sebaiknya hal tersebut harus direncanakan dan
   diputuskan dahulu oleh PPKI.”
Wikana               : “Namun sebaiknya Bung Hatta dan Bung Soekarno
  harus memutuskan hubungan apapun yang berkaitan
  dengan Jepang. Sebab, kemerdekaan adalah hak kita,
  Bung. Bukan hak Jepang. Maka dari itu kami kemari
  dengan mendesak agar proklamasi kemerdekaan 
  dinyatakan langsung esok hari, tepat pada tanggal 16
  Agustus tahun 1945.”
Ir. Soekarno        : “Baiklah, Baiklah. Untuk sementara itu, Saudara
                               Darwis dan Wikana pulang dulu ke kediaman masing-
masing. Saya akan merundingkannya kembali dengan yang  
lainnya.”
Darwis                 : “Baiklah Terimakasih. Kami pergi dulu, Assalamu’alaikum”
Ir. Soekarno        : “Wa’alaikumsalam.”


Darwis dan Wikana pun pulang ke kediaman masing-masing. Sementara itu, para Golongan Tua tetap berkumpul di kediaman Ir. Soekarno untuk merundingkan hasil rapat Para Pemuda yang telah dibicarakan oleh Wikana dan Darwis tadi.

Bung. Hatta         : “Apa pendapat saudara sekalian mengenai hasil rapat para pemuda  
  tadi?”
Ir. Soekarno        : “Kemungkinan kita tak dapat memenuhi permintaan para pemuda
tersebut, karena hal itu sangat mendadak dan terlalu terburu buru.”
Ahmad Subardjo : “Benar. Sebaiknya kita jangan gegabah dalam mengambil
                                keputusan. Menurut saya, sebaiknya kita mempertahankan PPKI
   dahulu dan mengadakan sidang kembali.”
Ir. Soekarno        : “Baiklah, pada tanggal 16 Agustus 1945 direncanakan akan
                                diadakan sidang PPKI untuk membicarakan Proklamasi
   Kemerdekaan Indonesia. Rapat kali ini selesai sampai disini.”

Sementara itu, menjelang 16 Agustus 1945, tepat pukul 24.00 WIB di Asrama Baperpi, Cikini 71 Jakarta, para pemuda berkumpul yang dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, Dr. Muwardi, cudanco Singgih, dan Chaerul Shaleh.

Chaerul Shaleh   : “Begini, menurut laporan Wikana dan Darwis setelah bertemu
                                Soekarno dan Bung. Hatta, nampaknya golongan tua takkan
   mensetujui kita walaupun sudah didesak seperti tadi. Kita harus
   mempunyai jalan keluar dari semua ini.”
Sukarni                : “Benar sekali. Ada saran?”
Cudanco Singgih : “Bagaimana kalau kita mengasingkan Ir. Soekarno dan Bung.
   Hatta keluar dari Jakrta dengan tujuan untuk menjauhkan mereka
   dari pengaruh Jepang? Bagaimana?”
Jusuf Kunto         : “Dimana kita akan mengasingkan mereka, Bung?”
Cudanco Singgih : “Bagaimana jika Rengasdengklok, suatu kota di Kawedanan di
                                Karawang? Karena tempat ini merupakan markas PETA di bawah
   cudanco Subeno, dan letaknya dibawah komando PETA
   Purwakarta yang mempunyai hubungan erat dengan Daidan
   PETA di Jakarta.”

Para permuda pun mensetujui ide cudanco Singgih tersebut. Tepat pukul 04.00 WIB, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda menuju Rengasdengklok. Rombongan ini berangkat dari kediaman Soekarno yang dikawal oleh pasukan PETA di bawah pimpinan cudanco Singgih.

          BRAKK! (Pintu di dobrak)
Chaerul Shaleh   : (Membungkam mulut Soekarno, menyeret paksa lalu
   membawanya ke kapal)
Sukarni                : (Membungkam mulut Bung. Hatta, menyeret paksa lalu
                      membawanya ke kapal)

Rombongan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tiba di Rengasdengklok dengan selamat pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945. Soekarno-Hatta berada sehari penuh di Rengasdengklok.

Sukarni      : “Begini, sebelumnya maaf kami membawa saudara sekalian dengan
   paksa kemari. Kami tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk
   kemerdekaan Indonesia. Jadi mohon pertimbangkan kembali.”
Soekarno   : “Mohon bersabar, Bung Sukarni. Kami tahu para golongan muda tak
    sabar, namun semua butuh waktu.”
Moh. Hatta : “Benar sekali. Kami akan mengusahakan semuanya dan secepatnya.
   Saudara tidak usah khawatir dengan semuanya.”

Upaya pemuda untuk menekan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tidak berhasil. Karena wibawa dan kharismatik keduanya, para pemuda merasa segan untuk melakukan penekanan.


ADEGAN 3
         
Akhirnya Ir. Soekarno mengadakan pembicaraan dengan cudanco Singgih mengenai segeranya proklamasi dilaksanakan.

Soekarno   : “Begini, saya akan secepatnya melakukan proklamasi kemerdekaan
   Republik Indonesia dengan segera setelah kembali ke Jakarta. Saya
   berjanji.”
C. Singgih  : “Baiklah, saya akan cepat kembali ke Jakarta dan menyampaikan    
   rencana proklamasi kepada rekan-rekan dan pemimpin yang ada di
   Jakarta. Sebelumnya, Terimakasih banyak, Saudara Soekarno.”

Di Jakarta...

Ahmad Subardjo: “Bagaimana, saudara Wikana? Apakah saudara setuju proklamasi
                                tersebut dilaksanakan di Jakarta?”
Wikana      : “Baiklah, saya setuju. Setelah ini, Jusuf Kunto akan mengantarkan
saudara dan sekretaris pribadi anda pergi ke Rengasdengklok untuk  
menjemput Soekarno dan Hatta.”

Dan sepakatlah para Golongan Tua dan Para pemuda, Proklamasi akan dilaksanakan di Jakarta. Semula Sukarni menolak pelaksanaan Proklamasi tersebut di Jakarta, namun setelah Ahmad Subardjo memberikan Jaminan, Sukarni menyatakan kesetujuannya. Diputuskan pada malam itu juga agar semuanya kembali ke Jakarta.

Sekitar oukul 23.00 WIB, rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta. Ketika Ir. Soekarno dan Moh. Hatta datang ke rumah Laksamana Maeda, di sana sudah menanti B.M Diah dan surat kabar Asia Raya, Semaun Bakri dari Jawa Kokokai, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan para anggota PPKI.

ADEGAN 4

Sementara itu, Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri mendatangi kediaman para pemuda untuk mengajak mereka ke rumah Laksamana Maeda.

Ahmad Subardjo: “Assalamu’alaikum”
Wikana               : “Wa’alaikumsalam. Ada apa saudara Ahmad Subardjo dan Iwa
  Kusumasumantri kemari?”
Iwa Kusumasumantri: “Kami datang kemari untuk mengajak saudara sekalian ke
   rumah Laksamana Maeda yang disana sudah datang Ir. Soekarno,
   Moh. Hatta dan angota-anggota PPKI lainnya. Mohon datang.”
Sukarni                : “Tidak, kami tak akan kesana. Bukankah tak ada kesepakatan
                                sama sekali untuk ke kediaman Laksamana Maeda?”
Wikana               : “Saudara Sukarni benar, kami tidak ada perjanjian untuk memakai
   rumah Laksamana Maeda terlebih dahulu.”
Ahmad Subardjo: “Bukan begitu, Saudara wikana. Hal ini dilakukan untuk
   mencegah gangguan dan halangan Kempetai Jepang. Jadi kami
   mohon dengan sangat, kalian datang dan ikut berunding. Miniman
   wakil dari kalian saja.”

Kemudian Para Pemuda sepakat bahwa yang akan datang hanyalah Chaerul Shaleh dan Sukarni sebagai wakil para pemuda. Sedangkan anggota PPKI banyak yang hadir dalam perumusan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda tersebut.
***TAMAT***

6 komentar: