Sampah
telah menjadi masalah klasik bagi setiap negara karena berkaitan dengan kondisi
lingkungan negara itu sendiri. Tidak heran bila banyak negara yang mulai
menggalakkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
atas sampah-sampah yang ada. Total sampah yang dihasilkan di seluruh dunia pada
tahun 2014 ini mencapai sekitar 1,3 miliar ton pertahun. Pada tahun 2025
mendatang, volume sampah di dunia diprediksi bisa mencapai hampir dua kali
lipat atau sebanyak 2,2 miliar ton pertahun (www.indonesiaprintmedia.com/lingkungan/297-pengelolaan-limbah-kemasan-pangan-dan-isu-lingkungan.html,
6-3-2014). Jika tidak teratasi, kondisi ini sangat membahayakan lingkungan
dunia karena sampah yang tidak diolah secara optimal akan membahayakan, bisa
menimbulkan ledakan, seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah Bandung pada
tanggal 21 februari 2005 silam (rakbowlgirl.blogspot.com/ 2014/02/refleksi-ledakan-timbunan-sampah-tpa.html).
Kesadaran
masyarakat yang rendah akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya membuat negara
kita terkenal dengan tumpukan-tumpukan sampah. Apalagi di kota-kota besar di
Indonesia, hampir setiap hari masyarakat membuang sampah sembarangan, entah itu
di sungai atau jalan lainnya
Miris,
memang. Bagaimana pada zaman serba modern seperti ini, semakin bergerak majunya
perkembangan manusia, semakin menipis pula tingkah kesadaran mereka mengenai
sampah.
Karena itu,
untuk menyadarkan warga terhadap kesadaran lingkungan utamanya kebersihan
lingkungan, harus dimulai dari unit yang paling kecil, yakni rumah, baru
kemudian sekolah. Kebersihan di tingkat sekolah meliputi kebersihan kelas,
ruang guru, lapangan, TU, kantin,koperasi, WC/Toilet, dan lain-lain. Kebersihan merupakan salah satu hal penting
yang harus dimiliki masyarakat, karena bila lingkungan bersih, sekolah bersih,
tentu akan menjadi kenyamanan bagi kita sendiri, bukan?
Sedangkan
jika lingkungan yang kotor, tumpukan sampah bercecer di mana-mana, tentu akan menjadi
pemandangan yang tidak sedap dipandang mata. Setiap orang pasti akan berpikir
begitu.
Lingkungan
sekolah yang kotor, mungkin sudah umum terdengar di telinga kita, bukan? Kotor,
bukanlah masalah besar untuk zaman sekarang, mengingat sampah berceceran di
pinggir jalan atau lingkungan sekitar menjadi pemandangan yang sudah biasa
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari kita, merasa berfikir bahwa sampah-sampah
itu bukanlah tanggung jawab kita, yang membuang bukan kita, dan mengapa kita
harus peduli? Mungkin itulah yang ada di benak sebagian siswa atau masyarakat
sekolah.
Sekolah
juga sudah mengusahakan upaya untuk meminimalisasi pembuangan sampah
sembarangan, di antaranya menyiapkan tong sampah di setiap kelas, depan kantin,
TU maupun sudut-sudut sekolah lainnya. Bahkan menyiapkan tempat sampah yang
dipisah organik dengan anorganik pun sudah dilakukan, namun siswa masih saja
tidak sadar akan pentingnya lingkungan dan sama sekali tidak mengubah
kebiasaannya membuang sampah sembarangan.
Berbagai
cara sudah pernah dilakukan untuk mengurangi tumpukan sampah berceceran
dimana-mana, dan hasil dari upaya-upaya yang dilakukan sama sekali tidak
membuat perubahan besar bagi lingkungan sekolah, karena siswa masih belum sadar
akan perilakunya membuang sampah terus menerus yang akan menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan maupun dirinya sendiri. Jadi, Langkah yang seharusnya
dipikirkan saat ini adalah, bagaimana mencetus ide kreatif dan inovatif untuk
mengatasi masalah tersebut dan menjadikan sekolah bersih.
Saat ini sudah
banyak program-program inovatif dan kreatif pemerintah maupun masyarakat untuk mengelola
sampah maupun meminimalisir pembuangan sampah secara sembarangan, namun
pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dengan teknik
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat.
Bank sampah
sekolah adalah salah satu ide yang bisa diadakan. Dengan adanya bank sampah,
siswa dapat makin peduli dengan sampah dan lingkungan sekitarnya, menambah
ekonomi dan bisa digunakan untuk membantu siswa yang tidak mampu.
Operasi
Bank Sampah Sekolah bisa dilakukan setiap seminggu sekali, dimana setiap hari
Jum’at sehat siswa bekerja bakti membersihkan sampah dan memisahkan sesuai
jenisnya dibantu dengan guru yang mengkoordinasikan kegiatan tersebut.
Cara kerja
Bank Sampah Sekolah ini adalah, guru mengkoordinir siswa-siswa untuk berlomba-lomba mengumpulkan
sampah per kelas, yang telah diumumkan kepada siswa sebelumnya mengenai rencana
inovatif sekolah tadi, lalu sampah-sampah tersebut dipilah sesuai jenisnya,
apakah itu sampah plastik, sampah daun, organik ataupun anorganik. Setelah
memilah, sampah-sampah tersebut bisa dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah
sementara yang berada di belakang kamar mandi lalu petugas bank sampah
kabupaten datang ke sekolah setiap seminggu sekali, mengambil sampah-sampah
tersebut, membawanya ke tempat pengumpulan di bank sampah kabupaten, menimbang di sana dan menentukan rupiah-rupiah yang
dihasilkan dan setiap kelas diberi kartu penyetoran sampah (yang modelnya
seperti kartu spp). Setelah itu dilanjutkan terus menerus sampai rupiah-rupiah
yang dikumpulkan cukup banyak, dan dana tersebut bisa digunakan untuk membantu
golongan anak yang kurang mampu, apakah itu berbentuk fresh money, barang-barang seperti sepatu, buku tulis maupun buku
paket. Semua itu adalah kebijakan dan kesepakatan pihak sekolah dengan murid.
Dengan begitu, selain menjadikan lingkungan sekolah yang bersih, kita dapat
membantu sesama, bukan?
Selain itu
bisa juga diadakan upaya 3R, program yang sudah banyak digalakkan oleh
pemerintah saat ini, yaitu Reduce, Reuse,
dan Recycle. Reduce adalah mengurangi, Reuse
memakai kembali, dan Recycle mendaur
ulang.
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah
Reduce, yakni dengan cara mengurangi pembuangan sampah
sembarangan dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan
jenisnya, apakah itu organik mapupun anorganik, apakah itu sampah plastik,
daun, dan lain-lain sebagainya.
Reuse, yakni memakai kembali sampah yang
sekiranya bisa dipakai kembali, contohnya seperti botol-botol yang khusus dapat
didaur ulang ataupun kertas yang dapat digunakan lagi.
Terakhir, Recycle, mendaur ulang. Semua pasti tahu
arti dari mendaur ulang. Adalah mengolah kembali sampah menjadi barang yang
berguna, seperti kerajinan dari botol bekas, bingkai foto dari kertas bekas
ataupun bungkus-bungkus kopi dan snack
yang terlihat tidak berguna, namun sebenarnya bisa menghasilkan ekonomi tinggi
tergantung dari seberapa kreatif si pembuat dalam mengolah sampah. Setelah
kerajinan dari sampah dibuat, lalu dikumpulkan sesuai dengan kelasnya
masing-masing, dan salah anggota kelas masing-masing bekerja sama memasarkannya
di toko online, mengingat jual-beli online sangat populer belakangan ini dan
uangnya dapat di transfer ke rekening sekolah, lalu ketika akhir tahun uangnya
sudah terkumpul, dapat digunakan untuk sedekah kepada golongan siswa-siswi yang
kurang mampu, ataupun disumbangkan kepada yayasan yatim piatu yang ada di kota
setempat.
Apabila
siswa masih saja membuang sampah sembarangan, dan sama sekali tidak peduli
walaupun upaya Bank Sampah Sekolah ataupun 3R sudah dikerahkan, maka ada balasan
dari ‘ketidak peduliannya’ terhadap lingkungan tersebut. Siswa yang masih saja
membuang sampah sembarangan dan yang tidak mau ikut berpartisipasi harus
mengumpulkan sampah selama seminggu penuh sampah dengan kertas yang ditempel di punggung
bertuliskan, ‘Aku malas membuang sampah’ dengan harapan, siswa tersebut jera
dan sadar akan pentingnya mengolah sampah yang akan berdampak positif bagi
dirinya sendiri sehingga ia tidak membuang sampah sembarangan lagi.
Dengan cara
seperti di atas, mungkin menjadi cara inovatif dan kreatif untuk menyadarkan
siswa mengenai kebersihan dan juga membantu sesama dalam memberantas kemiskinan
teman kita yang tidak mampu. Jika hal itu dilakukan secara terus menerus,
menyumbangkan hasil pengolahan sampah kepada golongan kurang mampu sekaligus
meringankan biaya sekolahnya, kita juga bisa menumbuhkan kepedulian sesama
manusia, bahwa sampah yang sebelumnya dibuang, dihindari dan selalu disebut
‘tidak berguna’ pun dapat menjadi hal
yang luar biasa, memberikan dampak positif karena selain bisa mengurangi
sampah, membiasakan diri kita mengolah sampah dengan cara-cara diatas, dan
menumbuhkan kepedulian kita terhadap
sesama dengan bersedekah dari uang yang dihasilkan dari sampah-sampah itu untuk
membantu golongan yang kurang mampu.
Maka dari
itu, janganlah pernah meremehkan hal kecil yang dianggap sama sekali tak
berguna seperti sampah, karena sebenarnya hal kecil itu justru akan menjadi hal
besar jika kita dapat mengolah dan memandangnya dari sisi positif. Jadi, mulai
sekarang, tumbuhkanlah rasa kepedulianmu, entah itu terhadap lingkungan ataupun
ke sesama, bukanlah matamu, banyak hal yang harus kau perhatikan lebih seksama
lagi, banyak hal kecil yang dapat merubah dunia, memberantas kemiskinan, dan
semuanya tergantung pada dirimu, semuanya ada di tanganmu. Hanya butuh sedikit
imajinasi kreatif dan inovatifmu untuk merubah semuanya, bangunlah imajinasi
tersebut menjadi hal yang nyata, untuk kehidupan yang lebih baik, dan aksi yang
lebih baik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar